Isyarat Cinta Yura Yunita Untuk Kaum Disabilitas

Desember 02, 2019


Penyanyi solo wanita Yura Yunita merasa sangat emosional saat tampil untuk bernyanyi di hadapan para penonton yang merupakan tunarungu.

Hal yang membuatnya sangat emosional adalah ketika menerima apresiasi dari para penonton secara meriah melalui ekspresi dan bahasa isyarat di tengah kesunyian usai ia bernyanyi.

"Ketika aku sudah selesai tampil, semua berdiri, beberapa nangis dan memberikan aku tepuk tangan lewat bahasa isyarat dengan ekspresi mereka yang wah banget, enggak bisa aku jelasin pakai kata-kata," ujar Yura di Jakarta, Senin.

Saat itu adalah kali pertama Yura menampilkan lagu-lagunya bersama praktisi tunarungu Galuh Sukmara dengan menggunakan bahasa isyarat di hadapan sekira 50 penonton tunarungu.

Apresiasi yang berbeda itu menggugah emosi penyanyi tembang "Merakit" itu dan membuatnya ikut menangis di tengah "festival sunyi" itu.

Dari pengalaman itu, Yura akhirnya menyadari bahwa musik memiliki dampak besar yang bisa mengirimkan pesan dan emosi bagi banyak orang, tak terkecuali penyandang disabilitas.

"Aku sama sekali enggak nyangka kalau dampaknya akan sebesar itu. Dan dari mereka aku bisa tahu ceirta lain, dan aku juga sadar bahwa musik bisa menggerakkan kita ke hal-hal baik dan positif," kata solois berusia 28 tahun itu.

Sepak terjang Yura untuk melibatkan teman-teman disabilitas sudah ia tunjukkan melalui beberapa karyanya. Mulai dari video musik "Merakit" dengan bahasa isyarat, hingga hadirnya kawan-kawan tunanetra untuk turut tampil di Java Jazz dan konser tunggalnya. "Kita membuka ruang untuk perform hingga menjadikan musik sebagai mata pencaharian mereka," kata Yura.



Menerjemahkan Lagu ke Bahasa Isyarat
Penyanyi solo Yura Yunita mengaku sempat menghadapi beberapa tantangan ketika menerjemahkan lagunya seperti "Merakit" ke bentuk bahasa isyarat agar dapat lebih inklusif untuk dinikmati tunarungu.

Yura menilai, bahasa isyarat untuk kehidupan sehari-hari dan untuk lirik yang lebih puitis memiliki pendekatan yang berbeda.

"Bahasa isyarat sehari-hari dan untuk mengekspresikan ke bentuk lagu itu beda banget," kata Yura usai konferensi pers "Merakit Ruang Kolaborasi" di Jakarta, Senin.

"Misalnya ada lirik 'ketika ku terjatuh', itu bukan terjatuh dalam arti harafiah tapi terjatuh dalam hidup, maknanya berbeda, pendekatannya menggunakan isyarat sastra," ujarnya melanjutkan.

Lebih lanjut, penyanyi solo wanita terbaik AMI Awards 2018 itu mengatakan bahwa menemukan persamaan atas interpretasi makna dari lirik lagu bersama praktisi tunarungu Galuh Sukmara.

"Lirik per lirik maknanya sangat dalam buat aku dan itu tidak instan dan mudah untuk membuatnya ke bahasa isyarat bersama bunda (Galuh). Apakah rasa yang aku rasain itu sama? Menyanyi pakai bahasa isyarat itu sesungguhnya mengekspresikan lirik demi lirik," kata dia.

Ketika belajar mendalami bahasa isyarat, Yura menyadari bahwa musik merupakan bahasa universal untuk mengirimkan pesan dan emosi tak terkecuali tunarungu, dan membuatnya ingin terus melibatkan hal itu ke karya-karyanya.

"Dan aku akhirnya merasa bahwa pesan itu bisa sampai ke teman-teman tuli. Ke depannya ingin membuat lagu ke bahasa isyarat lagi," ujar Yura.


Foto-foto Yura Yunita. IG/yurayunita

Ruang Kolaborasi
Penyanyi solo wanita Yura Yunita membuat proyek bertajuk "Merakit Ruang Kolaborasi" untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember setiap tahunnya.

Yura mengatakan bahwa proyek ini berangkat dari keinginannya untuk melibatkan dan menyampaikan pesan lagunya, "Merakit" (2018), ke semua orang tak terkecuali tuna netra dan tuna rungu.

"Dari lagu 'Merakit' itu aku dipertemukan banyak orang-orang hebat seperti Bunda Galuh (praktisi tuna rungu). Teman-teman tuna rungu juga bisa menikmati lagu itu dengan cara bahasa isyarat karena musik seharusmya adalah bahasa universal," kata Yura dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Penyanyi berusia 28 tahun itu menilai bahwa bahasa isyarat memiliki sesuatu yang "magis" dan bisa mendorong baik penyandang tuna rungu maupun dirinya ketika menyelami makna sebuah lagu.

"Bahasa isyarat pun juga magis. Bagaimana mereka bisa tahu temponya, teman-teman tuli juga bisa mendengarkan lagu itu," ujar Yura.

Proyek "Merakit Ruang Kolaborasi" itu nantinya akan menghadirkan berbagai pelatihan bagi para tuna netra dan tuna rungu di M Bloc Space pada 15 dan 20 Desember.

Terdapat empat pelatihan, mulai dari kelas memasak, kelas kecantikan, kelas fotografi dan videografi, hingga kelas perkusi.

Pelatihan ini diisi oleh para praktisi terbaik dari masing-masing bidang antara lain Touch and Play (perkusi), Parti Gastronomi (memasak), Wardah (kecantikan), dan sutradara Raditya Bramantya (videografi).

Tak hanya berisi pelatihan saja, Yura juga akan mengajak peserta untuk berkolaborasi dengan beberapa musikus nasional untuk berduet.

You Might Also Like

0 komentar